Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang
lalu. Sebelumnya terdapat aliran sungai yang mengalir ke selatan,
diduga dari hulu yang sama dengan sungai yang sekarang. Karena proses
pengangkatan geologis akibat desakan lempeng Indo-Australia yang mendesak daratan Jawa, aliran sungai itu beralih ke utara.[5] Pantai Sadeng di bagian tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai "muara" Bengawan Solo Purba.[6]
Dari foto udara nampak jelas DAS(Daerah Aliran Sungai) bengaawan Solo Purba yang meliuk dari wilayah kecamatan Giritontro, melewati desa Tanggung (utara Giribelah) kemudian ke arah barat daya melewati sebelah selatan RS Maguan Husada. Terus ke selatan menuju desa kenteng (masuk wilayah Pracimantoro) dan ke arah barat daya lagi menyisir perbatasan Pracimantoro dan kecamatan Paranggupito hingga ke desa Sumberagung menuju selatan ke Pantai Sadeng (wilayah Yogyakarta)
Kini tinggal bekas aliran yang tersisa adapun di beberapa titik tegenang air semacam telaga kecil dan itupun ketika musim kemarau mengering. Sampai sekarang belum ada penelitian yang mendalam tentang bekas sungai ini. ekspedisi susur/jelajah sungai pun sepertinya belum pernah dilakukan.
Dari foto udara nampak jelas DAS(Daerah Aliran Sungai) bengaawan Solo Purba yang meliuk dari wilayah kecamatan Giritontro, melewati desa Tanggung (utara Giribelah) kemudian ke arah barat daya melewati sebelah selatan RS Maguan Husada. Terus ke selatan menuju desa kenteng (masuk wilayah Pracimantoro) dan ke arah barat daya lagi menyisir perbatasan Pracimantoro dan kecamatan Paranggupito hingga ke desa Sumberagung menuju selatan ke Pantai Sadeng (wilayah Yogyakarta)
Kini tinggal bekas aliran yang tersisa adapun di beberapa titik tegenang air semacam telaga kecil dan itupun ketika musim kemarau mengering. Sampai sekarang belum ada penelitian yang mendalam tentang bekas sungai ini. ekspedisi susur/jelajah sungai pun sepertinya belum pernah dilakukan.
Komentar
Posting Komentar