Ketika Jawa jatuh ke tangan Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles yang memahami sejarah dan arkeologi ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Pada 1814, Raffles memperoleh informasi tentang sebuah monumen raksasa yang disebut Candi Borobudur di daerah Jawa tengah. Raffles pun mempelajari dokumen-dokumen sejarah tentang candi tersebut.
Berdasarkan manuskrip atau dokumen Jawa, nama Borobudur mempunyai dua pengertian. yang pertama bersumber dari sebuah dokumen Jawa tahun 842 Masehi menyebutkan Borobudur adalah suatu pengunungan yang merupakan akumulasi sepuluh tingkatan kebijakan Bodhisattva. Sedangkan makna yang kedua menurut para ahli bahwa kata "boro" yaitu biara, kuil atau candi sedangkan "budur" adalah nama sebuah tempat.
Laporan sejarah dari abad 18 juga berkisah tentang para pengunjung Borobudur yang memaknainya sebagai "gunung seribu patung". Ada dua kisah yang mendukung makna ini, yang pertama dari Babad Tanah Jawi. Dikisahkan seorang pemimpin pemberontakan, Raden Mas Dana melarikan diri ke gunung itu pada 1709M, kemudian Sultan Mataram mengirim pasukan untuk menangkap pemberontak itu untuk kemudian dihukum mati.
Kisah yang kedua dari Babad Mataram. Tentang seorang pangeran muda yang terkenal congkak dan mempunyai karakter pemberontak, pergi ke gunung seribu patung pada tahun 1758M. Dia ingin membuktikan ramalan bahwa, siapa saja yang pergi ke gunung itu akan menemui ajal. Karena sang pangeran tidak kunjung kembali, raja mengirim pengawal untuk mencarinya. Disana dia ditemukan sedang sakit dan di bawa pulang, sesampainya di istana dia meninggal karena muntah darah.
Berdasarkan dokumen-dokumen diatas, Raffles memerintahkan seorang insinyur Belanda HC Cornellius dan 200 penduduk untuk menemukan monumen tersebut. Hasilnya sangat mengagumkan, sebuah candi yang sangat besar ditemukan. Pada 18 Mei 1815 Raffles melihat langsung candi hasil temuan timnya tersebut.
Komentar
Posting Komentar