……, Rangga
wesi bergegas turun dari kudanya. Berjalan mengendap diantara semak
mencari-cari sumber suara yang menyusup ke telinganya yang tajam. Agak jauh
kini ia berada dengan tunggangannya. Sambil satu, dua langkah terus berjalan
merunduk dengan penuh kehati-hatian. Sebagai prajurit sandi, dia sudah terlatih
dengan situasi seperti ini, namun tetap saja rasa was-was terasa begitu mencekik
pangkal lehernya. Di dalam benaknya pun berkelebatan fikiran tentang siapa
sebenarnya suara itu………
……... Semakin
mendekat suara itu, semakin kencang pula degup jantung Rangga wesi dibuatnya, namun
demikian, hanya semak perdu lah yang dapat mendengar suara degup jantung sang
prajurit muda ……
………ternyata
benar apa yang telah ia duga, dari balik semak di ujung barat ia bersembunyi,
berlompatan dan berlari prajurit-prajurit tamtama diikuti derap kaki 2 ekor
kuda melintas begitu cepatnya. Nampaknya mereka tergesa-gesa dan berusaha
memperkecil kemungkinan penghadangan dengan cara bergerak cepat dari satu
tempat-ke tempat yang lain. Cara seperti ini terkenal dengan sebutan “walang
mlumpat”. Kalau memang tidak bisa bergerak cepat, lebih baik diam ditempat,
diam sehening mungkin.
Ini merupakan
taktik yang sering digunakan pasukan Kertabumi untuk menyerang
Girindrawardhana. Pasukan Girindrawardana dua kali lipat pasukan Kertabumi,
maka dengan sekuat tenaga, Kertabumi memforsir kekuatan yang ia dimiliki.
Taktik ini
cukup jitu dan terbukti dalam beberapa pertempuran. Sebelunya di daerah Badegan
Wengker sekarang Ponorogo, tepatnya di alas Witputih. Dengan memanfaatkan terik
matahari di musim kemarau, kesigapan prajurit kertabumi berhasil membakar
hidup-hidup prajurit Majapahit. Waktu itu Rangga Wesi amat terpukul, karena
kecerobohan, teman-temanya menjadi korban. Dari balik hutan ia ia hanya bisa
mengawasi hingga prajurit Majapahit habis tidak tersisa……
……. Sejenak
ia tersadar dari lamunan masa lalunya yang pilu, ia terharu dan mengenang
teman-teman prajuritnya yang gugur di medan Badegan. Kali ini jangan sampai
terulang tragedi tiga bulan yang lalu yang menewaskan 300 pasukan garda Majapahit
di hutan Witputih. Secepat mungkin dia harus mendahului gerakan prajurit
kertabumi, dengan mengambil jalan pintas, dia melesat bagai anak panah menuju
ke timur,……. ke pos Jomblang.
Bersambung
…………
Penulis Cerita :
Taufik Widi Utomo
Episode :
01
Tanggal :
Selasa, 19 maret 2013
Komentar
Posting Komentar